REAKSI JAKARTA – Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Barat melakukan pemeriksaan kesehatan atau medical check up (MCU) yang merupakan kewajiban bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) satu tahun sekali untuk mencegah serangan jantung.
Kepala Suku Dinas (Kasudis) Kesehatan, Erizon Safari menjelaskan, melalui UPT pusat pelayan kesehatan pegawai dilakukan ‘medical check up’ untuk yang berisiko terkena penyakit jantung.
Pemeriksaan kesehatan tak hanya buat ASN yang memiliki resiko terkena serangan jantung, namun juga untuk para ASN yang sudah berusia 40 tahun ke atas dianjurkan supaya melakukan pemeriksaan kesehatan.
Erizon juga menyebutkan, terkait serangan jantung ada sejumlah faktor penyebabnya. Salah satu di antaranya, pola makan yang tidak sehat serta istirahat yang tidak teratur. Selain itu, faktor olahraga yang tidak teratur juga dapat memicu seseorang bisa terkena serangan jantung dan diabetes melitus.
“Kita anjurkan untuk gerakan hidup sehat. Di situ kita dianjurkan olahraga rutin, makan yang sehat, istirahat yang cukup untuk mengurangi stres atau manajemen stres,” ujar Erizon.
Lebih lanjut dikatakannya, selain menjaga pola makan, setiap ASN juga dianjurkan supaya rutin memeriksa kesehatan guna mengetahui kondisi fisiknya. Melalui upaya tersebut, Erizon berharap seluruh pegawai di jajaran kota administrasi Jakarta Barat bisa terhindar dari penyakit jantung.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018 yang dikutip dari Kementerian Kesehatan, Minggu, yang menunjukkan prevalensi penyakit jantung sesuai diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5 persen dari jumlah penduduk.
Penderita penyakit jantung paling banyak terjadi di kalangan ASN, yaitu pegawai pemerintahan, TNI-Polri dan pegawai BUMN serta BUMD dengan prevalensi sekitar 2,7 persen.
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa penderita penyakit jantung koroner berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih tinggi terjadi, yakni mencapai sekitar 1,6 persen dibandingkan laki-laki yang mencapai 1,3 persen.
Sementara itu, perbandingan warga perkotaan yang terserang penyakit jantung juga cenderung lebih banyak dengan prevalensi 1,6 persen dibandingkan dengan masyarakat perdesaan yang hanya 1,3 persen.