Kemnaker Bakal Terlibat Mengintervensi Perusahaan untuk Meningkatkan Produktivitas

Koordinator Pengembangan Pembinaan dan Penyelenggaraan Pelatihan Peningkatan Produktivitas Kemnaker Ade Syaekudin
banner 120x600

REAKSI JAKARTA – Pemerintah akan tetap mengintervensi dan mengedukasi para stakeholder untuk melakukan peningkatakan produktivitas. Intervensi dan edukasi itu dinilai penting agar para stakeholder paham bagaimana usaha dan kreatifitas menumbuhkan produktivitas bagi aparat pemerintah dan kalangan industri (swasta)

“Kami dari Direktorat Bina Peningkatan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan akan kembali melakukan upaya strategis dalam rangka memberikan edukasi dan pemahaman pentingnya tingkat produktivitas perusahaan melalui kegiatan Bimbingan Teknis Auditor Sistem Peningkatan Produktivitas (SIMPRO), ” kata Koordinator Pengembangan Pembinaan dan Penyelenggaraan Pelatihan Peningkatan Produktivitas Kemnaker Ade Syaekudin di ruang kerjanya, Kamis (13/10/2022).

Ia menyebutkan, kegiatan Bimbingan Teknis Auditor Sistem Peningkatan Produktivitas (SIMPRO) itu akan dimulai Jumat hingga Sabtu (14-15 ) Oktober 2022 di Kabupaten Subang, Jawa Barat dan diikuti peserta dari kalangan aparatur sipil negara dan perusahaan atau industri.

Keikutsertaan sektor industri itu kata Ade, karena sektor tersebut masih memiliki potensi penyerapan  jumlah tenaga kerja yang sangat signifikan, dimana peran dunia usaha dan industri merupakan sektor utama yang paling dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

” Sampai saat ini, sektor industri masih memiliki potensi perektrutan tenaga kerja yang paling besar. Oleh karena itu kami akan fokus pada sektor ini untuk mengedukasi pimpinan perusahaan agar mampu meningkatkan produktivitasnya” katanya.

Sebagaimana diketahui, dampak pandemi covid 19 dan etalase politik dunia akibat polemik Rusia dan Ukraina menjadi hal yang sangat fundamental bagi proses produksi, dimana harga komoditas melambung tinggi serta harga minyak dan gas turut melonjak.

Rusia adalah salah satu produsen dan pengekspor bahan bakar fosil terbesar di dunia. Selain itu, minyak mentah Brent North Sea, sebagai patokan harga internasional telah mencapai harga US$ 90 per barel pada Februari 2022. Kemudian pada 7 Maret 2022 harganya melonjak ke US$ 139,13, mendekati level tertinggi pada14 tahun terakhir sehingga harga tetap sangat fluktuatif.

“Dengan kondisi ini akan sangat berpengaruh terhadap stabilitas dan manajemen perusahaan dalam melakukan proses produksi,” kata Ade.

Oleh karena itu, kata Ade melanjutkan, Kabupaten Subang sebagai salah satu wilayah potensial yang memiliki kawasan Pelabuhan Nasional Patimban, akan memiliki dampak yang kurang baik akibat kondisi harga minyak dan situasi politik Negara Rusia. Untuk mengatasi itu, ia terpanggil untuk dapat bersama sama dengan pemerintah daerah menyusun strategi identifikasi dan analisa melalui penerapan alat dan teknik metode sistem manajemen peningkatan produktivitas (SIMPRO).

“Alat teknik dan metode ini mampu melihat dan mengindentifikasi beberapa potensi dan kelemahan tingkat produktivitas di perusahaan secara aplikatif dan komprehensif, sehingga dapat memberikan solusi dan langkah strategis perusahaan pada masa yang akan datang. Bahkan gagasan mainstream ini akan mampu menjaga dan menumbuhkan tingkat produktivitas perusahaan,” kata Ade mengakhiri perbincangan. (*)

Loading

Penulis: FriendlyEditor: Editor 1