REAKSI MEDAN –Pemerintah Indonesia berusaha membangun sektor pariwisata untuk mewujudkan destinasi terbaik dan berkualitas. Untuk mewujudkan itu, Kemnaker meminta para stakeholder dapat menyamakan persepsinya untuk membangun pelatihan sektor pariwisata.
“Perlu ada persepsi yang sama untuk delivery pelaksanaan pelatihan di sektor pariwisata ini. Kemudian harus ada pembekalan kepada instruktur karena pelatihan pariwisata ini berbeda dengan dunia industry. Jadi perlu ada exercise bagi instruktur sektor pariwisata,“ kata Direktur Bina Standarisasi Kompetensi dan Program Pelatihan Vokasi Kemnaker Muchtar Aziz ketika membuka pelatihan Asean National Trainer melalui live straming di Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Medan, Sumatera Utara, Senin (5/12/2022).
Harapannya, kata Aziz, bila persepsi itu dibangun secara bersama maka pelatihan sektor pariwisata akan dapat dimulai tahun depan di sejumlah BBPVP milik Kemnaker. Melalui persepsi itu juga akan ada up skill yang diinginkan para pekerja sektor pariwisata.
“Kita berharap ada 9 lompatan Kementerian Ketenagakerjaan yang diaplikasikan dalam pelatihan sektor pariwisata ini. Salah satunya adalah transformasi yang berorientasi pada up skill pelatihan dan pembekalan tenaga kerja sektor parawisata,” katanya.
Tujuannya kata Aziz melanjutkan, ada penguatan sumber daya manusia di lima destinasi pariwisata yang telah dicanangkan pemerintah. Oleh karena itu harus ada kolaborasi (strategi khusus) antar pemerintah dan stakeholder untuk meningkatkan dan menguatkan kompetensi SDM di lima destinasi pariwisata tersebut.
Terkait dengan itu, Wakil Direktur I Bidang Akademik Politeknik Pariwisata Medan, Femmy Dalimunthe mengatakan, negara negara Asean telah sepakat untuk menyeragamkan standar kompetensi tenaga professional di bidang pariwisata dengan menerapkan the Asean Mutual Recognition Arrangement on Tourism Profesional (MRA-TP).
Femmy mengatakan, MRA-TP itu dirancang untuk memperkuat kegiatan pengembangan SDM melalui pengembangan Common Asean Tourism Curriculum (CATC).
“CATC ini dirancang untuk menyelaraskan kurikulum pariwisata antar negara sesame Asean dan memudahkan para professional pariwisata untuk berpindah antar negara dimana ada penawaran atau permintaan yang tinggi untuk layanan mereka,” kata Femmy
Dengan diterimannya CATC itu di tingkat Asean, kata wanita berparas cantik itu melanjutkan, muncul kebutuhan untuk mengembangkan Pelatih atau Trainer dan Asesor yang akan memberikan dan menilai kualifikasi yang mendukung CACT tersebut.
Ia mengatakan, sejak 2012 CACT telah melaksanakan pelatihan untuk master trainer, master asesor di negara negara Asean. Bahkan hingga saat ini mereka terus mengembangkan tim trainer dan asesor yang siap untuk ditempatkan.
“Negara anggota Asean menyadari bahwa pengakuan atas kompetensi pada kualifikasi yang didapatkan melalui Pendidikan, pelatihan atau pengalaman kerja adalah prinsip utama dalam memberikan saling pengakuan terhadap tenaga kerja professional pariwisata sehingga negara Aswan didorong untuk menerapkan ACCSTP dan CACT,” katanya.